Selasa, 29 Maret 2011

HISTORIOGRAFI EROPA KUNO


Historiografi merupakan usaha penulisan sejarah untuk merekonstruksi masa lampau. Dengan historiografi dapat melihat suatu perkembangan peradaban manusia, termasuk di dalamnya menggugah kreatifitas manusia untuk mengembangkan peradaban. Dalam perkembangannya historiografi memuat teori dan metodologi sejarah. Segala sesuatu pastilah berasal dari yang paling rendah, begitu pula historiografi Eropa yang diawali dari historiografi kuno.
Historiografi Eropa Kuno jauh berbeda dari historiografi tradisional seperti yang terjadi di Indonesia maupun negara-negara lain. Hal in dikarenakan dalam historiografi kuno tidak mengutamakan mitos dan theogoni. Orang-orang Yunani lebih mengutamakan rasionalis dan demokrasi. Dan yang jelas bahwa historiografi Eropa Kuno berorientasi pada perkembangan. Dalam historiografi Eropa kuno mengakar kuat rasa patriotisme sehingga tulisannya pun banyak mengangkat tentang perang dan kejayaan suatu imperium.  Sebelum adanya  historiografi Eropa kuno, suatu sejarah pada awalnya berbentuk lisan atau yang lebih dikenal dengan tradisi lisan. Akan tetapi setelah manusia mengenal tulisan maka penyampaian sejarah ini pun berubah menjadi tradisi tulis. Penulisan awalnya masih berbentuk puisi atau syair. Bentuk ini kemudian berubah menjadi prosa setelah adanya usaha penulisan sejarah oleh Herodotus.
Historiografi Eropa kuno yang berbentuk puisi dan syair tadi merupakan karya yang diperkenalkan oleh Homer. Dalam karya Homer ditulis berdasarkan cerita-cerita lama, seperti halnya menceritakan tentang kehancuran Troya pada 1200 SM. Tulisan tersebut banyak mengandung informasi mengenai kebudayaan-kebudayaan dan masyarakat pada saat itu. Tulisan sejarah yang berkembang menjadi prosa dan diciptakan oleh Herodotus tersebut  berkembang pada abad ke-6 SM tepatnya di Ionia. Hal ini dikarenakan pada waktu itu adanya kebebasan ekspresi untuk masyarakat. Sedangkan dalam kebudayaan muncul filsafat spekulatif yang mempersoalkan asal usul dan struktur dunia.
Tulisan sejarah berkembang lagi menjadi sebuah karya dokumen pada masa Thucydides. Selain itu dalam karyanya digunakan sebuah metode yaitu metode kritis untuk melakukan kritik terhadap sumber sehingga didapatkan sebuah karya yang akurat dan obyektif. Metode ini masih digunakan dan berkembang pada masa Ploybius.
SEJARAWAN MASA EROPA KUNO
1.        HERODOTUS
Herodotus dikenal sebagai Bapak Sejarah. Herodotus merupakan Pelopor perubahan bentuk puisi menjadi prosa (logographoi). Penulisan bentuk prosa sedikit demi sedikit telah merubah tradisi yang ada, hal ini dikarenakan penulisan sejarah sudah berusaha menghilangkan unsur theogoni dan mitos. Dalam karyanya Herodotus berusaha untuk merubah theogoni dan mitos menjadi rasional. Selain menulis tentang sejarah, Herodotus juga menulis tentang Sosiologi dan antropologi.
Karya Herodotus yang paling populer adalah “Greco-persian Wars”. Perang Yunani-Persia  terjadi pata tahun 460 – 479 SM yang menceritakan tentang Perang antara peradaban Hellenic dan timur (Persia), dan akhirnya dimenangkan oleh Yunani. Dengan karya inilah Herodotus mencoba untuk merintis penulisan sejarah dengan menggunakan unsur kajian ilmiah. Dalam tulisannya dijumpai keanekaragaman pengalaman dan aktivitas dari berbagai tempat di masa lalu. Kecermatan dalam penulisan menimbulkan kesan bahwa semua yang ditulisnya nampak sekali seperti laporan pengamatan mata, sehingga tulisannya tidak mempunyai keakuratan. Selain itu Herodotus juga menggunakan sumber lisan untuk menyusun karyanya. Ide-idenya banyak mempengaruhi gaya para sejarawan dunia kuno, namun bukan pada isinya.

2.    THUCYDIDES
Thucydides adalah seorang Jenderal Perang Athena dan terlibat langsung dalam Perang Peloponesia antara Athena dan Sparta. Untuk menguraikan terjadinya perang Peloponesos ini, maka Thucydides menulis tentang “Perang Peloponesos”. Perang ini mengungkapkan perang antara demokrasi dan tirani yang dimenangkan oleh Athena. Tulisannya ini dianggap sebagai laporan perang yang tidak memihak walaupun sejarah yang ditulisnya terbatas pada politik, diplomasi dan perang, akan tetapi akurat dan berusaha menghindari penjelasan supernatural seperti tulisan puisi maupun syair.  Walaupun tulisannya dikatakan tidak memihak sebelah dan ditulis secara mendetail, akan tetapi rasa berat sebelah tetap ada mengingat dirinya adalah seorang Jenderal Perang Athena dimana dalam perang ini dimenangkan oleh Athena.
Karya Thucydides memberikan sumbangan besar dalam ilmu sejarah. Thucydides telah berusaha untuk menggnakan kritik smber dan metode sejarah dalam penulisannya. Thucydides beranggapan bahwa kekuatan dalam penulisan sejarah tergantung pada data yang akuat dan relevansi dengan menyeleksi berbagai sumber, sehingga diharapakan tulisannya nanti akan menjadi sebuah karya sejarah kritis. Dia menggunakan berbagai sumber termasuk inskripsi dan bukti yang disediakan oleh orakel-orakel untuk melengkapi dan memperkuat catatannya tentang peristiwa-peristiwa, selain itu juga memakai bukti material untuk menyempurnakan catatannya tentang kejadian masa lampau. Bukti-bukti tersebut menunjukkan bahwa Thucydides memang berusaha untuk membuat sebuah karya yang bagus. Dikarenakan prinsip yang dianut oleh Thucydides ini, dia mendapatkan gelar sebagai “Bapak Sejarah Kritis”.

3.    POLYBIUS
Polybius adalah orang Yunani yang dibesarkan di Romawi.  Karya-karya Polybius banyak menuliskan tentang perpindahan kekuasaan dari Yunani ke Romawi. Sama dengan Thucydides, Polybius juga berjasa dalam pengembangan sejarah kritis. Sedangkan dalam metodologi sejarah Polybius mengemukakan pentingnya geografi dan topografi dalam sarana pendukung penulisan sejarah. Dia beranggapan bahwa sejarah adalah filsafat yang mengajar melalui contoh.
Polybius membedakan analisis dalam 3 unsur, yaitu awal (archai), dalih (Prophaseis) dan sebab (aitiai). Dalam prinsipnya bahwa manusia itu haruslah mempersiapkan diri untuk menghadapi masalah-masalah moral dan pergantian nasib.  Akan tetapi karya Polybius ini dalam tulisannya bersifat didaktis, terlalu bertele-bertele sehingga karyanya tidak terlalu popular.

4.    TITUS LIVIUS
Lyvius merupakan sejarawan dari Romawi, sehingga karya-karya yang dihasilkan berkisar pada imperium Romawi. Karyanya yang terkenal adalah “History of Rome”. Karya ini berusaha untuk menggambarkan kebesaran Romawi termasuk didalamnya kehidupan rakyat kecil, kekejaman para mandor terhadap para pekerja, dasar-dasar hukum Romawi, proses perkembangan pemerintahan, perkembangan teori politik, moral dan juga hubungan antar tradisi. Sebelum menulis, Livius membaca terlebih dahulu, menerjemahkan dan menyusun ulang informasi agar sesuai dengan peristiwa dan tema-tema penting, dan berusaha menyelesaikan hal-hal yang kurang familiar.
Livius merupakan orang pertama yang menggunakan imajinasi dalam karya-karyanya maka dari itu Livius mengorbankan kebenaran sejarah demi sebuah retorika, hal ini dikarenakan dia telah menulis sejarah Romawi sebagai sebuah negara dunia dengan segala semangat patriotismenya. Kisah tentang berdirinya kota Roma menjadi campuran antara fantasi dan fakta. Hal ini menyebabkan dia disebut sebagai sejarawan yang tidak ahli.
5.    TACITUS
Tacitus merupakan sejarawan Romawi yang berusaha untuk mengemukakan “sebab moral” keruntuhan Romawi. Tacitus berusaha untuk melihat kebelakang bukan kedepan untuk melihat akar-akar persoalan-persoalan politik yang terjadi di tahun-tahun awal kerajaan Roma. Selain itu dia juga menulis tentang bangsa Jerman dan menjadi satu-satunya literatur tentang Jerman. Banyak para sejawaran yang berpendapat bahwa kartya-karya Tacitus memiliki kualitas sastra yang cukup tinggi.
Dia mengisahkan secara detail mengenai sebuah kerajaan yang tengah bergerak menghancurkan dirinya sendiri. Banyak orang yang mengatakan bahwa Tacitus merupakan “ suara otentik Roma kuno dan pelukis besar Jaman Kuno”. Setiap halaman dari tulisannya menunjukkan kemampuan retorik. Tacitus memakai orasi langsung dan orasi buatan untuk melukiskan karakter, meringkaskan pemikiran kelompok-kelompok, menyampaikan rumor masyarakat, memperkuat penegasan dan menegaskan posisi moral-politik.
CIRI-CIRI HISTORIOGRAFI EROPA KUNO
Sesungguhnya tidak ada ciri-ciri yang menonjol dalam histoiografi Eropa kuno ini, hal ini dikarenakan penulisannya didasarkan pada waktu dan historiografi Eropa Kuno ini sifatnya berupa perkembangan. Selain itu setiap sejarawan yang hidup pada masa tersebut berusaha untuk menulis sejarah degan pandangan dan orientasi yang berbeda, sehingga dalam penulisannya pun juga berbeda-beda. Maka dari itu, tidak didapati ciri-ciri yang jelas dalam historiografi Eropa terutama Eropa kuno. Walupun demikian disini akan dicoba untu memaparkan beberapa ciri yang dapat mewakili dari zaman Eropa kuno ini. Beberapa ciri-ciri historiografi Eropa kuno antara lain:
1.     Visi historiografi Eropa Kuno ini lebih pada rasionalistis dan demokratis. Memang tidak dapat dipungkiri bahwa orang-orang Yunani dan romawi menganut banyak dewa, akan tetapi mereka tidak pernah berorientasi pada dewa sentries, walaupun demikian mereka masih memegang mitos dan theogoni. Dan yang utama pada masa ini dalam penulisannya ditujukan pada jiwa patriotik.
2.    Isi dari tulisan yang dihasilkan pada masa ini adalah yang berisikan kepahlawanan. Artinya tulisan diorientasikan pada perjuangan karena yang ditulis masih sekitaran perang dan juga kekuatan dari sebuah imperium besar. Selain itu tidak dapat dipungkiri bahwa para penulis cenderung berat sebelah. Hal ini dikarenakan dalam posisinya para penulis berada dalam pihak yang menang ketika suatu perang tersebut berlangsung, baik mereka ikut langsung maupun sebagai pengamat saja.
3.    Penyajian historiografi Eropa kuno tidak hanya dalam satu bentuk penyajian saja, akan tetapi bervariasi. Dalam karya Herodotus ditulis dalam bentuk prosa (logographoi). Bentuk ini merupakan pembaharuan dari bentuk puisi atau syair. Sedangkan pada karya Thucydides, Polybius, Tacitus maupun Livius karyanya berbentuk dalam dokumen. Sebagai contohnya adalah perang Peloponesos karya Thucydides. Penyajian dalam bentuk dokumen ini dipengaruhi oleh gaya dari penulis sendiri yang sudah mulai menggunakan sejarah kritis dan metode sejarah dengan menghilangkan mitos dan theogoni.
KELEBIHAN DAN KELEMAHAN HISTORIOGRAFI EROPA KUNO
Suatu karya tentunya memiliki kelebihan tersendiri, akan tetapi juga memiliki kelemahan. Begitu pula dengan historiografi Eropa kuno. Sudah dikatakan bahwa dalam historiografi Eropa kuno setiap penulisan beda baik dalam penyajian, isi maupun visinya, sehingga kelebihan dan kekurangannya pun juga berbeda-beda antara penulis yang satu dengan penulis yang lain. Kelebihan dari historiografi Eropa kuno diantaranya adalah mampu menggugah rasa nasionalisme, hal ini disebabkan isi dari historiografi Eropa kuno lebih menyoroti tentang perang yang menunjukkan patriotisme, baik yang dirasakan oleh penulis sendiri maupun hanya dengan cara mengumpulkan data dan bertanya-tanya kepada saksi dan pelaku.
Karya Herodotus yang bersifat nasionalis dijadikan sebagai karya terbaik saat itu untuk mendidik bangsa Yunani yang digunakan untuk menumbuhkan nasionalisme. Karya Herodotus ini mempengaruhi gaya pawa sejarawan pada masa berikutnya. Dalam tulisannya Herodotus juga menggunakan sumber dari berbagai belah pihak, baik dari Yunani maupun dari Timur. Sedangkan karya Thucydides dan Polybius memiliki keunggulan lain, mereka telah berusaha untuk menggunakan metode sejarah yang berupa kritik sumber. Hal ini  menunjukkan adanya suatu kemajuan yang sangat positif dalam penulisan sejarah. Selain itu dari segi isinya bersifat objektif. Keobjektifan ini bersumber pada penerapan metode kritis tersebut.  Thucydides menulis karyanya dengan akurat dengan menggunakan metode kritis.  Selain itu Thucydides juga telah menghilangkan unsur supernatural. Sedangkan dalam karya Livius dia lebih menekankan pada sejarah yang komprehensif.
Walupun demikian historiografi Eropa kuno juga memiliki beberapa kekurangan. Kekurangan yang ada diantaranya nilai berat sebelah itu tetap ada walaupun sudah diusahakan seobjektif mungkin. Hal ini bisa dilihat dalam karya Thucydides, dia adalah seorang jenderal perang Athena. Dalam perang Peloponesia ini Athena mendapatkan kemenangan, sehingga mau tidak mau rasa berat sebelah itu akan muncul. Begitu pula dalam karya Herodotus, dia sangat mengagung-agungkan kebudayaan Yunani dan menganggap kebudayaan Parsi (Timur) sebagai kebudayaan yang terbelakang. Selain itu karya Herodotus walaupun menggunakan sumber dari kedua  belah pihak, dalam tulisannya masih saja terdapat unsur supernatural, sehingga membuat nilai dari karyanya ini tidak sempurna. Sedangkan dalam karya Titus dia menggunakan daya imajinatif, adanya pengorbanan kebenaran sejarah demi sebuah retorika.