Kamis, 31 Maret 2011

kerajaan Angkor


A.    Sejarah Kerajaan Angkor
Menjelang akhir abad ke-8 M, Tchen-la ambruk. Bukti pertama dari hal itu adalah matinya kesenian. Akan tetapi walau telah berumur enam abad, kebudayaan Khmer yang dipengaruhi India tidak mengalami jalan buntu. Krisis yang terjadi terutama menyangkut bidang formal dan politik. Struktur pemerintahan yang mendapat pengaruh dari India tak dapat bertahan saat kerajaan Tchen-la bertambah luas dan mengalami kesulitan dalam bidang administrasi. Terputusnya hubungan dagang dengan India juga membuat Tchen-la kehilangan sumber utama kemakmuran yang dulu dimiliki Fu-nan.
Kelahiran Angkor adalah hasil suatu reorganisasi sempurna seluruh masyarakat Khmer dan teknik-teknik pertanian, sebuah revolusi yang tidak diperkirakan orang, yang hanya memperhatikan pembaharuan kesenian dan agama.
Kebesaran Angkor dipengaruhi oleh kerajaan Khmer. Sumber-sumber historis tentang Kamboja dan Angkor terutama dalam bentuk arsip tertulis tidak ditemukan dan hanya dapat diperoleh dari : penggalian arkeologis, rekonstruksi dan penyelidikan, catatan pada stela dan pada batu di kuil, yang mencatat kegiatan-kegiatan religius dan politik dari para raja.Serta relief pada dinding kuil, laporan dan riwayat dari utusan, pedagang dan pelancong Cina
Selama berabad-abad, daerah di sekitar delta Sungai Mekong dan Kamboja Tengah, berada di bawah kekuasaan Kerajaan Jawa (sekarang Indonesia). Tapi pada tahun 802, Pangeran Khmer Jayavarman II, yang dilahirkan dan dibesarkan di istana Kerajaan Jawa pada masa dinasti Sailendra, menyatakan bahwa wilayah yang didiami oleh orang Khmer, lepas dari Jawa. Dan kemudian mendirikan kerajaan baru, yaitu Kerajaan Angkor. Pangeran Javawarman II dinobatkan sebagai Devaraja (Tuhan raja) oleh seorang pendeta Brahmana. Di tahun-tahun berikutnya, Jayavarman berkali-kali memindahkan ibu kotanya. Pertama-tama di Indrapura (sebelah timur Kampong Cham), kemudian ke Wat Phou (sekarang Laos ujung selatan) dan terakhir di Rolous (dekat Angkor).

B.     Pemerintahan di Kerajaan Angkor

.           Struktur pemerintahan yang ada adalah:

1.      Raja

Raja Angkor dianggap sebagai Devaraja dan mempunyai kedudukan di puncak sistem pemerintahan yang mempunyai kuasa mutlak.

2.      Pembesar

Setiap daerah terdapat pembesar daerah atau gubernur

3.      Brahmin

Memainkan peranan dalam upacara keagamaan

            Raja-raja di Kerajaan Angkor adalah:

a.      Jayavarman II

Jayavarman II adalah pendiri dari Kerajaan Khmer. Jayavarman II hidup sebagai pangeran di lingkungan dinasti Sailendra di Pulau Jawa, kehidupannya saat masih di pulau Jawa masih diperdebatkan. Kesenian dan budayanya mungkin dipengaruhi oleh budaya Sailendra, termasuk konsep Dewa-Raja yang terkemuka sepanjang dinasti Sailendra. Tahun 802, ia kembali ke Kamboja dan mengangkat dirinya sebagai Dewa Raja Jayavarman II dan mengumumkan kemerdekaan penuh Kamboja atas Pulau Jawa. Kejadian ini telah menimbulkan spekulasi bahwa bisa jadi Kamboja adalah jajahan suatu kerajaan di Pulau Jawa sebelum pemerintahan Jayavarman II.

b.      Indravarman

Raja pengganti Jayavarman adalah Indravarman (877-889 M). dia berjasa membina dasar yang kokoh bagi kekuasaan Angkor baik dalam bidang politik maupun social ekonomi. Otoritasnya diakui sampai ke Cochin Cina, U Bon di Siam serta ke Champa. Dia adalah orang yang sangat terpelajar, dan melalui gurunya yaitu brahmana Siwasoma, ia menjadi pengikut filsafat Hindu Sankara, yaitu pembaharu dalam ajaran Hindu ortodoks. Sebagai penganut ajaran Siwa, ia mengembangkan pemujaan kepada raja yang telah meninggal. Dia juga berinisiatif untuk memperluas kerajaan tanpa peperangan, dan ia memulainya lewat proyek pembangunan karena kekayaan diperoleh dari perdagangan dan pertanian. Pembangunan yang terkenal adalah kuil Preah Ko.

c.       Yasovarman

Yasovarman adalah putra dari Indravarman. Ia menggantikan Indravarman pada tahun 889 M. Dari sang ibu, ia keturunan dari kerajaan fu-nan yang paling tua. Gurunya adalah seorang brahmana, anggota dari keluarga pendeta yang ditugasi Jayavarman II untuk mengurus pemujaan linnga kerajaan. Sebagai putra Indravarman, dalam dirinya terkumpul kelebihan-kelebihan yang telah membawa pada kelahiran Angkor. Salah satu bangunan yang didirikan adalah Candi Lolei,  di tengah danau yang telah menghidupkan kota Roulus, untuk memperingati sang ayah.

d.      Raja Rajendravarman II

Raja Rajendravarman memerintah 944- 968 M. Dia mengembalikan istana Yasodharapura ke kerajaan. Ia meneruskan rencana pembangunan rangkaian kuil yang luas yang didirikan oleh para raja terdahulu diwilayah Angkor, yang disebut Mebon Timur, yang terletak pada suatu pulau di Timur Baray, dan beberapa kuildan biara.

e.       Jayavarman V

Dari tahun 968 sampai 1001 M keturunan Rajendravarman II, Jayavarman V menetapkan sendiri dirinya sebagai raja yang baru di atas para pangeran lain. Kepemimpinannya ditandai oleh kemakmuran dan suatu perkembangan dibidang kebudayaan. Ia mendirikan ibukota baru di dekat Yashodharapura, Jayenanagari. Di lingkungan Jayavarman V ada ahli filsafat, sarjana dan seniman. Kematian dari Jayavarman V dilanjutkan dengan suatu dekade yang penuh dengan konflik. Raja-raja yang memimpin hanya bertahan beberapa tahun dan digantikan dengan jalan kekerasan sampai dipegang oleh Suryavarman I (memerintah 1002- 1049 M) yang hingga batas tertentu memperebutkan tahta melawan saingannya raja Jayaviravarman ( 1002- c. 1017 ).

f.       Suryavarman II

Setelah kematian Suryavarman I, yaitu abad ke-11 adalah masa dari konflik dan pemberontakan. Hanya Suryavarman II yang dapat mempersatukan kerajaan secara internal dan memperluas secara eksternal. Dia juga menaklukkan kerajaan Mon dari Haripunjaya ke barat (Thailand saat kini), dan disebelah barat berbatasan dengan kerajaan dari Bagan ( Myanmar yang modern), di selatan berbatasan dengan semenanjung Melayu hingga mendekati kerajaan dari Grahi berbatasan dengan provinsi Thai yang modern dari Nakhon Si Thammarat, di timur beberapa provinsi berbatasan dengan Champa dan negara-negara di utara, disebelah selatan dari Laos yang modern. Di periode yang lain diikuti tentang gangguan di mana para raja yang diperintah dengan singkat digulingkan oleh pemberontakan atau peperangan. Akhirnya pada 1177 Kamboja telah dikalahkan oleh pertempuran laut oleh angkatan perang dari Chams, dan telah disatukan sebagai provinsi dari Champa.

g.      Jayavarman VII

Raja Jayavarman VII ( yang memerintah 1181 - 1206) setelah Cham yang telah ditaklukkan oleh Angkor, ia membentuk suatu angkatan perang dan berhasil merebut kembali Yasodharapura. Di 1181 ia naik tahta dan meneruskan peperangan melawan kerajaan tetangga dari timur dalam kurun waktu 22 tahun. Jayavarman VII menjadi seorang raja yang besar di Angkor tidak hanya karena peperangan yang sukses melawan terhadap Cham, tetapi juga karena ia adalah penguasa yang lalim, sebab ia mempersatukan kerajaan di atas nya dengan cara proyek bangunan dilaksanakan di bawah aturan nya.

h.      Indravarman II

Pengganti dari Jayavarman VII adalah Indravarman II, yang meninggal pada tahun 1243. Di sebelah barat pusat Thai, pemberontak mendirikan kerajaan Thai yang pertama di Sukhothai dan menahan serangan Khmer. Dua ratus tahun kemudian, Thais akan menjadi saingan pemimpin dari Kamboja. Indravarman II digantikan oleh Jayavarman VIII.

i.        Jayavarman VIII

Jayavarman VIII (memerintah pada 1243 atau 1267- 1295). Sepanjang abad ke-13 kebanyakan patung Buddha di kerajaan telah dibinasakan dan dikonversi dari kuil Budha ke kuil Hindu. Di periode yang sama, Angkor Wat mungkin dibangun oleh seorang raja dari Paramavishnuloka. Pada 1283 kerajaan telah terancam oleh Mongol di bawah Kubilai Sagatu. Raja peperangan yang kuat dan ditakutkan oleh lawan-lawannya yang saat itu menguasai semua Negeri China, dengan membayar upeti tahunan kepadanya. Jayavarman VIII yang berakhir pada 1295 karena ia telah dipecat oleh Srindravarman (menantunya). Ia adalah seorang pengikut Budha Theravada, suatu kelompok Budha yang yang telah yang tiba di Asia Tenggara dari Sri Lanka.

C.    Kemunduran Kerajaan Angkor
Pada masa pemerintahan Srindravarman telah terdapat catatan sejarah. Tetapi hanya ada satu catatan yang menyebutkan kenaikan takhta dari seorang raja di tahun 1327 atau 1267. Tetapi lebih lanjut lagi tidak ada kuil besar yang telah dibangun dengan mapan. Diduga mereka mempunyai suatu hubungan dengan raja dari Budha Theravada yang tidak mempunyai kebutuhan akan kuil, atau di bawah perlindungan para dewa yang mereka anut.
Kerajaan tetangga dari barat, yaitu kerajaan Thai yang pertama dari Sukhothai, telah ditaklukkan oleh kerajaan Thai yang lain, yaitu Ayutthaya pada tahun 1350. Setelah 1352 ada beberapa serangan ke Kamboja. Pada 1431, menurut riwayat Thai keunggulan dari Ayutthaya adalah angkatan perang yang besar yang telah menaklukkan Thai ( Angkor). Pusat kerajaan Khmer berada di selatan, di daerah Phnom Penh saat ini.
Ada indikasi bahwa Angkor tidak dengan sepenuhnya dikalahkan. Satu garis keturunan dari para raja Khmer pasti telah tinggal di sana, pada saat Phnom Penh dipindahkan untuk dijadikan suatu kerajaan yang paralel. Berakhirnya Angkor dan kemudian berkaitan dengan perpindahan ekonomi dan beserta arti politis, ketika Phnom Penh menjadi salah satu pusat perdagangan yang penting di Mekong.