Minggu, 06 Maret 2011

pendidikan pada masa Hindu-Budha


Pendidikan masa Hindu-Budha di Indonesia dimulai sejak pengaruh Hindu-Budha datang ke Indonesia. Pendidikan zaman Hindu-Budha lebih dikenal dengan istilah karsyan, yaitu sebuha tempat yang diperuntukkan bagi petapa dan orang-orang yang mengundurkan diri dari keramaian dunia dengan tujuan mendekatkan diri kepada dewa tertinggi. Karsyan sendiri dibagi menjadi dua yaitu patapan dan mandala.( Pulung Septyoko, 2008:2) Patapan berarti tempat untuk bertapa atau tempat seseorang untuk mengasingkan diri sampai akhirnya memperoleh apa yang diinginkan atau dicita-citakan. Tempat yang digunakan untuk bertapa biasanya tidak memerlukan bangunan yang permanen dan bagus, patapan biasanya berupa gua-gua, batu-batu besar, curuk atau di tempat yang sunyi dan jauh dari keramaian. Mandala adalah tempat suci yang menjadi pusat dari segala kegiatan keagamaan berupa sebuah kawasan atau komplek dimana guru dan murid tinggal disana untuk belajar dan mengabdikan diri kepada agama dan Negara. Mandala sering juga disebut kedewaguruan dan dipimpin oleh seorang dewa guru. (http://www.tinulad.worpress.com/sedikit-uraian-sejarah-pendidikan/ )
Materi pendidikan yang diajarkan selain ilmu pengetahuan yang bersifat umum juga diajarkan ilmu-ilmu yang bersifat spiritual religius. Khusus untuk materi keterampilan biasanya diselenggarakan secara turun temurun melalui jalur kasta masing-masing, seperti keterampilan bermain pedang, memanah, menunggang kuda dan seni pahat. Pendidikan pada masa itu tidak dilakukan secara formal sehingga seorang sisiwa bisa berpindah-pindah dari satu perguruan ke perguruan lain untuk menambah ilmu mereka. Pendidikan juga dijadikan sebagai alat regenerasi kekuasaan. Kaum bangsawan, Ksatria, dan pejabat-pejabat kerajaan akan mengirimkan anak-anaknya kepada dewa guru untuk dididik.(Sumarsono mestoko, 1979:29-31)
Pada masa itu ada dua jenis perguruan, yaitu perguron kraton dan perguron biasa. Perguron kraton adalah perguruanyang dijadikan tempat belajar untuk para bangsawan dan anak-anak raja. Kegiatan belajar dilakukan di dalam kraton atau sebuah puri. Raja menuujuka seorang pendeta yang kemudian disebut sebagai bhagawanta. Perguron biasa adalah pendidikan yang didirikan diluar keraton dan dipimpim oleh seorang pendeta. Para murid yang disebut sisya atau catrik tinggal diasrama yang disediakan oleh perguruan. Perguruan ini biasanya ada di desa pardikan atau desa khusus pendeta yang bebas dari pajak kerajaan. yang menjadi sisya biasanya adalah anak-anak bangsawan atau kaum brahmana. Ini karena agama Hindu mengenal system kasta yang mengkotak-kotakan mastarakat dalam kelas-kelas social.(Redja Mundyahardjo, 2001:220-221)