1. Jelaskan penyelewengan yang terjadi dari system tanam paksa!
Jawab: dalam pelaksanaan system tanam paksa banyak penyelewengan terjadi. Tanah yang dalam peraturan disebutkan hanya 1/5 tanah rakyat yang ditanami tanaman yang laku di pasar Eropa pada kenyataannya mencapai lebih dari 1/5 bahkan ada yang mencapai 1/3 bagian tanah yang dipakai untuk tanam paksa. Dalam peraturan petani diberi kesempatan untuk menggarap lahan lain untuk keperluan hidupnya, namun pada kenyatannya rakyat tidak sempat menggarap lahan lain karena sebagian besar tanaman wajib yang diberikan oleh Belanda memakan banyak tenaga dan waktu tanam yang panjang. Dalam peraturan, lahan yang dipakai untuk tanam paksa akan dibebaskan dari pajak dan bila gagal panen akan mendapat ganti rugi dari pemerintah, namun pada kenyataanya petani yang gagal panen tidak mendapat ganti rugi, bahkan tanah yang digunakan untuk tanam paksa amsih tetap dikenai pajak.
2. Apa saja dampak tanam paksa bagi pemerintah Belanda?
Jawab: bagi Belanda tanam paksa berdampak sangat baik khususnya dalam perekonomian. Hasil dari tanam paksa dengan cepat mampu menyelamatkan kerajaan Belanda dari keterpurukan ekonomi dan kekosongan kas Negara. Dengan cepat pengahsilan pemerintah Belanda meningkat, kas yang dulunya kosong bisa dengan cepat terisi. Hutang-hutang Negara bisa dilunasi, penerimaan pendapatan anggaran melebihi anggaran penegluaran sehingga membawa peningkatan kesejahteraan Belanda. Dalam sekejap kota Amsterdam berubah menjadi pelabuhan yang ramai dan salah satu kota daganng yang sibuk di kawasan Eropa.
3. Bagaimana dampak dari system tanam paksa bagi bangsa Indonesia?
Jawab: tanam paksa sangat merugikan bangsa Indonesia, namun ada juga sisi positif bagi bangsa ini. Tanam paksa mengenalkan rakyat Indonesia dengan teknologi multicrop dalam bisang pertanian, mengenalkan jenis-jenis tanaman baru yang menjadi komoditi perdagangan dunia, mengetahui daerah-daerah yang cocok untuk jenis tanaman tertentu dan juga cara mengelola tanaman itu dan cara memanenya. Selain itu rakyat juga dilatih untuk bekerja dengan disiplin dan tepat waktu. Keuntungan tanam paksa yang dirasakan tidak sebanding dengan derita rakay Indonesia kala itu. Akibat langsung dari tanam paksa adalah kemiskinan, kesengsaraan dan kelaparan. Rakyat yang sudah bekerja berat masih terbebani dengan pajak, ganti rugi gagal panen, dan kerja rodi di lahan-lahan miliki Belanda. Tanam paksa juga menimbulkan pergeseran stratifikasi social dalam masyarakat jawa dengan lahirnya istilah kuli kenceng dan kuli setengah kenceng yang menggantikan istilah sikep dan numpang. Lalulintas uang juga mulai dikenal di pedesaan, system pekerja upah juga mulai marak.
4. Jelaskan latar belakang gerakan menentang tanam paksa yang terjadi di parlemen Belanda!
Jawab: pada akhir pelaksanaan tanam paksa terjadi pergeseran kekuasaan di parlemen Belnda. Partai liberal kini yang mendominasi dan menguasai parlemen dibandingkan dengan golongan konservatif. Kaum liberal banyak menuntut penghapusan system tanam paksa karean memahami akibat buruk dari penyimpangan system tanam paksa, terutama setelah terjadinya bencana kelaparan di beberapa wilayah, seperti di Demak, Grobogan, dan Cirebo, yang banyak membawa korban dan penderitaan bagi penduduk Indonesia. Kritik dan gerakan untuk menghapus tanam paksa mulai dilancarkan, seperti yang dilakukan oleh van Hoevel yang akhirnya menghapus system perbudakan di hindia timur sejak 1 Januari 1860. Selain itu Isac France Van de Putte melalui usulnnya dalam parlemen akhirnya berhasil menghapus tanam paksa secara resmi mulai tahun 1870, walaupun masih disisakan cultur gula dan kopi.
5. Bagaimana keadaan social-ekonomi pasca tanam paksa?
Jawab: setelah tanam paksa dihapuskan pemerintah Belanda memberlakukan system sewa tanah yang diatur dalam UU Agraria. Dengan berlakunya system ini banyak pengusaha asing yang menginvestasikan modalnya ke Indonesia. Akibatnya banyak muncul perkebunan-perkebunan milih pihak swasta. Penduduk yang dulunya bekerja rodi di lahan-lahan belanda kini berbondong-bondong bekerja di perkebunan milik sawasta yang banyak dibangun di Sumatra timur. Mereka mendapat upah setelah bekerja sebagai buruh dan boleh kembali ke kampong halaman dalam jangka waktu tertentu.
6. Mengapa system tanam paksa akhirnya dihapus?
Jawab: tanam paksa pada akhirnya dihapus karena banyak terjadi penyimpangan dalam pelasanaan. Pemerintah mendapat tekanan dari berbagai pihak yang mengkritik habis-habisan system ini, khususnya dalam hal dampaknya yang membawa penderitaan bagi rakyat Indonesia. Bencana kelaparan yang terjadi di demak dan grobogan, adanya penguranag lahan produktif akibat pengelolaan yang kurang memadai, adanya hama penyerang beberapa tanaman komoditi, inilha beberapa penyebab tanam paksa akhirnya dihapus. Beberapa kritik disampaikan oleh orang belanda sendiri, seperti Van Hoevell, Douwes Dekker dalam bukunya Max Havelar, Van De Putte, Pitter Markus, dan L. Vitalis. Mereka membuka mata dunia tentang dampak dan kekejaman tanam paksa bagi Negara jajahannya. Akhirnya apad tahun 1870 pemerintah belanda dengan resmi menghapus system tanam paksa ini.
7. Mengapa pada masa tanam paksa banyak terjadi kelaparan?
Jawab: pada masa tanam paksa banyak lahan pertanian yang terlantar karena tenaga penggarap harus bekerja di lahan-lahan milik belanda., akibatnya terjadi gagal panen sehingga terjadi paceklik.
8. Mengapa setelah tanam paksa secara resmi dihapus pada tahun 1870, kultur kopi dan gula baru dihapus pada abad ke-20?
Jawab: karena tanaman kopi dan gula masih sangat laku dan menguntungkan Belanda. Belanda tidak mau langsung menghapus semua system tanam paksanya karean mereka masih membutuhkan uang dari tanah jajahannya untuk mengisi kas negaranya.
9. Jelaskan latar belakang rakyat Indonesia menjadi buruh perkebunan setelah UU Agraria diberlakukan di Indonesia?
Jawab: setelah tanam paksa dihapus dari Indonesia banyak rakyat yang kehilangan pekerjaannya sebagai buruh pekerja rodi di lahan-lahan belanda. Sebagai gantinya mereka mulai bekerja di lahan perkebunan milik swasta yang muali banyak dibangun di nusantara, khususnya jawa dan sumatera. Mereka bekerja sebagai buruh diperkebunan dan mendapat gaji, ini cukup menggiurkan karena dulu saat bekerja di lahan belanda mereka tidak mendapat gaji.
10. Jelaskan dampak peperangan Belanda di Aceh pad tahun 1873 terhadap system tanam paksa!
Jawab: banyak perkebunan kopi yang terbengkalai, khususnya di daerah sumatera barat, karena rakyat minangkabau berubah sikap dalam pengelolaan perkebunan kopi. Mereka merasa senasip seperjuangan dengan rakyat aceh, sehingga menentang belanda yang berperang dengan aceh melalui jalan pembelotan dalam bekerja di perkebunan.