Jumat, 18 Maret 2011

zaman Dinasti di China


A.  Zaman Tiga Raja dan Lima Kaisar Purbakala (Sanhuang Wudi)[1]
Tiga raja dan lima kaisar merupakan legenda sejarah paling kuno yang ada di Cina. Legenda tiga raja dan lima kaisar cukup memberi sedikit gambaran bagaimana kehidupan masyarakat cina pada zaman itu. Seperti halnya yang kita jumpai dalam konsep kehidupan masyarakat awal (masyarakat purba), orang-orang berkumpul dan membentuk kelompok-kelompok untuk bertahan hidup dan berbagi makanan. Sama halnya dengan model kelompok pada manusia purba di Indonesia, anggota kelompok yang dianggap paling kuat akhirnya muncul sebagai pemimpin kelompok yang bertugas melindungi enggota kelompoknya. Pada zaman kekuasaan tiga raja dan lima kaisar belum dikenal system pewarisan kekuasaan. Para raja tidaklah digantikan oleh keturunan mereka melainkan oleh orang-orang yang dianggap cakap menangani masalah kepemimpinan. Kebiasaan inilah yang dijadikan sebagai system pergantian kekuasaan pada zaman itu.[2]
Pada zaman tiga raja pada umumnya raja digambarkan merupakan jelmaan dari binatang yang dikeramatkan oleh orang-orang cina semisal naga. Sebenarnya tiga raja dan lima kaisar dulunya merupakan kepala suku, namun karena mereka mempunyai kekuatan besar maka mereka mampu menjadi pemimpin untuk semua suku yang ada di cina saat itu. Tiga raja dipercaya memerintah selama 3000 tahun.[3] Tiga raja telah dianggap meletakkan dasar peradaban bagi bangsa thiongkok sehingga mereka sering disebut sebagai tiga raja yang suci (san huang; san=3, huang=raja). Tiga raja yang berkuasa di cina terdapat berbagai versi, yaitu:
Siam Qian (dalam shiji)
Yundou shu dan Yuanming bao
Shangshu dan baihu tongyi
Diwang shiji
Raja langit
Fuxi
Suiren
Fuxi
Raja bumi
Nuwa
Fuxi
Shennong
Raja manusia
shennong
Shennong
Huangdi
           
Namun dalam ajaran Tao tiga raja dibagi menjadi tiga masa, yaitu kelompok tiga raja masa awal (chu) yang semuanya masih berwujud manusia seutuhnya, tiga raja pada masa tengah (zhong) yang bermuka manusia dan berbadan naga, dan tiga raja pada masa akhir (hou) yang mana tiap rajanya mempunyai wujud yang tidak sama. Raja langit (Fuxi) berwujud naga tapi bermuka manusia, Raja Bumi (nuwa) berbadan naga dan berwajah manusia, dan Raja Manusia (shennong) berbadan manusia tetapi berwajah sapi.
Setelah kekuasaan tiga raja selesai, barulah dimulai kekuasaan lima kaisar. Kaisar pertama yang memerintah adalah Huangdi (2697-2599 SM).[4] Huangdi dianggap sebagai bapak orang thiongkok sekaligus peletak kebudayaan Thiongkok itu sendiri. Huangdi sendiri digantikan oleh Zhuan Xu yang tidak lain adalah cucunya. Setelah masa kekuasaan Zhuan Xu selesai, maka dia digantikan oleh Diku yang merupakan buyut dari Huangdi. Kaisar selanjutnya adalah Yao yang awalnya hanyalah seorang petani. Yao diangkat oleh rakyat menjadi kaisar karena kebijaksanaannya. Pada masa pemerintahan Yao terjadi bencana alam yaitu banjir besar di sungai Huanghe yang menyengsarakan rakyat. Yao mencari orang untuk membantunya menanggulangi bencana itu sehingga rakyatnya bisa hidup seperti dahulu kala. Akhirnya seorang menteri menyarankan Yao untuk mengangkat seseorang bernama Shun, yang juga hanyalah seorang rakyat biasa. Akhirnya Shun yang mewarisi kekuasaan Yao. Huangdi, Zhuan Xu, Diku, Yao dan Shun merupakan lima kaisar purbakala.
B.   Beralihnya Sistem Demokrasi ke Ariktokrat
Dipilihnya Yao sebagai pengganti Diku dan shun sebagai pengganti Yao menunjukkan bahwa pada saat itu pemerintahan di Cina telah menerapkan system demokratis dan tidak lagi menganut system pewarisan kekuasaan berdasar garis keturunan. Yao diangkat oleh rakyat karena kebijaksanaannya, sedangkan Yao mengankat Shun sebagai penggantinya karena jasa Shun yang mempu menanggulangi bencana banjir yang melanda cina saat itu. Akhirnya shun juga mewariskan kekuasaannya bukan kepada keturunannya, melainkan kepada Yu, yang merupakan salah satu menteri yang dapat ia percayai. Yu harus bekerja keras untuk mempertahankan cina dari serangan suku-suku barbar dan berbagai bencana alam.
Berakhirnya kekuasaan kaisar Yu dipercaya merupakan tonggak awal berdirinya system pemerintahan dinasti di cina. Yu yang sudah tua pada mulanya ingin mewariskan kekuasaannya kepada Bo Yi yang merupakan orang kepercayaanya, namun Bo Yi akhirnya dibunuh oleh putera Yu yang bernama Qi. Akhirnya kekuasaan Yu beralih ke tangan Qi yang merupakan putera dari Yu sendiri. Qi mendirikan dinasti Xia dan mewariskan tujuh belas orang raja. Dari sinilah dimulai model pemerintahan baru di cina, yaitu pemerintahan dinasti. Bergantinya system peralihan kekuasaan dari demokratis menjadi otokrat menunjukan bahwa masyarakat cina telah mengalami perkembangan yang cukup cepat dalam hal pemerintahan.
C.  Dinasti Xia
Dinasti Xia didirikan oleh Qin, yang tak lain adalah putera Yu. Dinati Qin mempunyai tujuh belas raja dan memerintah di China selama kurang lebih 400 tahun. Selama pemerintahannya sering terjadi kemelut terus menerus berupa agresi bangsa barbar dan konflik internal. Raja terakhir dinatsi xia, yaitu Jie adalah seorang penguasa yang zalim. Pada saat negaranya dilanda kekacauan, Raja justru bersenang-senang dengan para selirnya dan membangun istana-istana mewah untuk memanjakan para selirnya. Pemberontakan terbesar yang terjadi pada masa Raja Jie adalah pemberontakan yang dipimpin oleh Ching T’ang.[5] Ching T’ang merupakan seorang penguasa dari negeri shang, sebuah Negara bagian dari dinasti Xia. Ia berhasil menumbangkan kekuasaan Raja Jie dan mendirikan dinasti Shang.
D.  Dinasti Shang
Dinasti Shang didirikan oleh raja  T’ang yang berhasil menghancurkan dinasti xia. Dinati Shang beribukota di Bo. Raja T’ang belajar dari kesalahan pemerintah pada masa dinasti Xia sehingga ia tidak memperlakukan rakyatnya dengan kejam dan semena-mena. T’ang juga memiliki menteri yang baik dan bijaksana sehingga pada masa kekuasaanya kerajaan mengalami kemajuan pesat dalam segala bidang. Dinasti Shang menggunakan sistem pergantian kekuasaan bukan kepada anak raja melainkan kepada saudara laki-laki sang raja. 
Raja tekahir dinasti shang adalah Zhouxin yang memerintah dengan zalim dan kejam. Zhouxin tak segan membunuh orang-orang yang menentang kebijakannya. Ji Chang, seorang raja dari Negara Zhou,  yang memprotes pembunuhan yang dilakukan raja akhirnya dijebloskan ke penjara. Di dalam penjara Ji Chang belajar kitab yak king yang merupakan kitab ramalan. Ji Chang akhirnya dibebaskan dan memimpin negerinya dengan bijak. Saat kekuatan negerinya semakin kuat, pasukan Ji Chang, yeng bergelas Wenwang berhasil merebut dua Negara bagian dinasti Shang. Tahun 1677 SM Ji Chang wafat dan digantikan oleh puteranya yang bergelar Wuwang. Wuwang memimpin 800 Rja muda untuk memerangi dinasti Shang. Kaisar Zhouxin kalah dan membakar diri di Ruang Zhaixing dalam istana Lutai.[6]
E.   Politik Absolutisme Diansti Shang
Sistem kekuasaan yang digunakan oleh dinasti shang hampir  sama dengan dinasti sebelumnya, yaitu sistem aristokratik[7] dinama seorang kaisar memerintahkan sejumlah kaum bangsawan untuk bertanggung jawab menyediakan bantuan militer apabila kerajaan dalam keadaan bahaya dan mengalami ancaman dari luar. Selain sistem pemerintahan aristokratik, dinasti shang juga menggunakan sistem absolutisme. Seorang kaisar mempunyai kekuasaan mutlak atas wilayahnya. Kaisar harus bisa mempertahankan wilayahnya daeri serangan suku-suku pengembara, terutama suku barbar. Maka tidak heran apabila akhirnya kaisar memonopoli metalurgi perunggu, senjata dari perunggu dan kereta perang. 
F.   Mandate dari Langit
Kaisar dianggap sebagai titisan dewa yang memperoleh mandate dari langit yang digambarkan sebagai manusia super.[8] Jadi wajar apabila kaisar bertindak otoriter dalam pemerintahannya. Keluarga cina sendiri cenderung mendukung otoritarisnisme. Kaisar Shang memiliki otoritas yang sangat tinggi terhadap pemerintahannya. Kaisar menganggap rakyat adalah budak sehingga kesenjangan anatara keduanya sangat tinggi. Kasiar adalah perantara antara rakyat dengan leluhur dan dewa mereka.
Mandate dari Langit atau yang dikenal dengan Tian Mian akan diperoleh seseorang saat dia berhasil menumbangkan sebuah kekuasaan yang dipimpin oleh seorang raja yang berbuat zalim terhadap rakyatnya. Istilah mandate dari langit ini juga yang digunakan oleh wuwang untuk mengambil hati rakyah dinasti shang supaya mau mengikuti perintah dinasti yang didirikannya. Wuwang mengatakan kepada rakyat shang bahwa raja mereka telah kehilangan mandate dari langit karena tidak melakukan upacar pemujaan kepada para dewa sehingga dewa manjadi marah dan mencabut mandate itu. Tradisi mandate dari langit berkembang pesat semasa dinasti Zhou.
G.  Dinati Zhou
Dinati zhou berdiri setelah Wuwang berhasil menggulingkan kekuasaan Zhouxin. Kekuasaan dinasti Xhou dibagi menjadi empat periode, yaitu:
1.        Dinasti Zhou barat yang beribukota di Houjing yang berkuasa hingga 711 SM
2.       Dinati Zhou timur yang beribukota di louyang
3.       Conqiu, yang terkenal dengan sebutan zaman musim semi dan musim rontok yang berkuasa pada 770-476 SM
4.      Zhanguo atau masa Negara perang yang berlangsunng pada 475-221 SM
Pada waal berdirinya dinati Zhou terdiri atas 1773 negara-negara yang saling bermusuhan, bahkan banyak yang sudah tidak memperdulikan kekuasaan pemerintah pusat. Negara-negara kecil dianeksasi oleh Negara yang lebih besar hingga jumlahnya semakin berkurabf. Pada masa musim semi dan musim rontok hanya terdapat 12 kerajaan. Sampai pada masa Negara perang hanya tersisa 7 negara yang terus berperang untuk memperebutkan kekuasaan tertinggi.
H.  Sistem Pemerintahan Feodal
Cina merupkan sebuh wilayah daratan yang amat luas. Tidak heran apabila seorang raja yang berkuasa di China memiliki wilayah keuasaan yang sangat besar. Untuk mengurus wilayah tersebut umumnya raja-raja Cina membagi-bagikan wilayahnya kepada raja-raja fasal yang bertugas mengurusi wilayah yang mereka punya. Tiap raja yang memerintah sebuah Negara berhak bertindak sesuka hati mereka untuk memajukan kekuasaannya. Dalam Negara itu mereka diperbolehkan membuat kebijakan dan memberlakukan hokum sendiri-sendiri. hanya saja tiap tahunnya mereka wajib lapor ke pemerintah pusat dan menyerahkan upeti.
Pemerintahan Feodal di China telah terjadi sejak zaman Lima Kaisar purbakala tetapi semakin terstruktur pada masa dinasti Zhou. Wilayah Negara bagian dinasti zhou dapat dibagi menjadi tiga. Pertama, wilayah ibu kota. Daerah ini secara langsung berada di bawah pemerintahan kaisar. Kedua, daerah gou yaitu wilayah kekuasaan Dinasti zhou yang merupakan bekas wilayah dinasti Shang. Pemerintahan di wilayah ini dipegang oleh anggota keluarga istana atau kepala suku yang dulu membantu raja Wu dalam mengalahkan Dinasti Shang. Kekuasaan atas guo bersifat turun-temurun atau dapat diwariskan secara tradisi kepada anak laki-laki sulung. Ketiga, wilayah fu-yung  yang juga dapat diartikan sebagai daerah taklukan. Pemimpin fu-yung sebagian besar merupakan pemimpin asli sebelum berhasil masuk dalam bagian dari Dinasti zhou, sehingga loyalitasnya kepada kaisar masih dipertanyakan.
Pemerintahan feudal dari Dinasti zhou pada umumnya dilakukan di dalam kota-kota benteng. Kota-kota benteng merupakan pusat dari pemerintahan sekaligus menjadi tempat tinggal para prajurit dan kaum birokrasi.[9] Dinasti zhou memberikan otonomi yang besar kepada Negara-negara bagiannya untuk menjalankan masing-masing. Untuk mengontrol jalannya pemerintahan di Negara-negara bagiannya, Dinasti zhou secara periodic mengadakan upacara pemujaan yang diadakan di kuil ibu kota. Pada upacara ini juga dinobatkan para penguasa Negara bagian yang baru, baik yang menggantikan ayahnya maupun yang tidak setia kepada dinasti. Setelah selesai upacara para penguasa Negara-negara bagian ini kemudian menghadap kaisar untuk melaporkan perkembangan wilayahnya, meminta petunjuk atau mandate dari kaisar, dan menyerahkan upeti.  Negara-negara bagian dari dinasti zhou juga mempunyai kewajiban bela Negara. Mereka wajib mengirimkan bala tentara apabila kerajaan diserang musuh.
I.    Dinasti Qin
Pada akhir dinasti zhou ditandai dengan zaman Negara-negara berperang, yaitu peprangan yang terjadi antara Negara-negara bagian dari kerajaan zhou akibat kemerosotan Dinasti zhou. Ying Zheng, raja dari kerajaan Qin, berusaha untuk menyatukan kembali cina. Pada awal kekuasaannya Qin berhasil menaklukan Han, wei, Yang, Chu dan Qi. Setelah berhasil menyatukan kembali seluruh cina, Ying Zheng mendirikan dinasti baru bernama Qin dan dia bergelar Shi Huangdi. Ia adalah penguasa pertama yang tidaki bergelar wang (raja) tetapi huangdi (kaisar) yang terus digunakan dalam sistem monarki di cina.
Shih Huangdi terkenal sebagai seorang raja yang kejam. Seperti para pendahulunya, Shi huangdi juga menganut ajaran Faja Shang Yang  (legalisme) yang mengatakan bahwa pemerintahan harus disiplin dan keras. Shih Huang tidak  banyak melakukan perbaikan dalam banyak hal, salah satunya adalah memberlakukan hokum-hukum yang kejam yang berlaku untuk seluruh kerajaan sehingga seluruh kerajaan dan rakyat akan terikat oleh hokum tersebut. Dalam hal pertahanan, Shih Huang Ti membangun tembok besar (Wan Li Cang Ceng) sebagai sistem pertahanan dari serangan bangsa barbar. Untuk menghapus kenangan pada masa feudal, Shih Huang Ti juga memerintakan untuk memusnahkan semua buku-buku yang ditulis selama masa pemerintahan Feodal, kecuali buku-buku yang berguna bagi kehidupan rakyat, seperti buku pertanian, pengobatan dan ramalan.[10] Karena kekejamannya dinasti qin tidak bertahan lama. Banyak terjadi pemberontakan pada akhir pemerintahan dinasti ini. Salah satu pemberontakan yang berhasil menjatuhkan kekuasaan Qin adalah pemberontakan yang dipimpin oleh Xiang Yu.
J.    Sistem Sentralisasi
Shih Huang Ti menerapakan sistem pemerintahan terpusat atau sentralisasi kekuasaan di ibu kota kerajaan. Dia membagi kerajaan kedalam 36 daerah kekuasaan dan distrik-distrik. Tiap propinsi dihubungakan oleh jalan raya sehingga memudahkan pemerintah melakukan bantuan bila terjadi serangan dari suku barbar. Dia sengaja menghapus sistem feodal yang digunakan oleh dinasti terdahulu  dengan tujuan untuk mengamankan kerajaan dari pembelot-pembelot seperti yang pernah terjadi pada akhir dinasti Zhou. Pemerintahan Qin mengambil keputusan untuk memindahkan para bekas penguasa yang dulunya memimpin Negara bagian semasa dinasti Zhou ke  ibukota Qin. Tujuannya adalah agar para bekas penguasa itu tidak dapat membuat basis kekuatan untuk mengadakan perlawanan terhadap pemerintahan pusat. Dengan demikian diharapkan pemerintahan dapat berjalan lebih mulus dan stabil, sehingga tujuan mewujudkan dinasti 10.000 generasi dapat terwujud.
K.  Dinasti Han
Xian Yu berhasil menggulingkan kekuasaan dinasti Qin yang kejam dan mengangkat Liu Bang sebagai raja muda yang bertugas memulihkan kesatuan Negara dibawah kekuasaan dinasti Han. Untuk memperkokoh kekuasaannya, ia mengganti para gubernur dengan saudara dan putera-puteranya. Liu Bang juga kembali menghidupkan tradisi ritual-ritual semasa dinasti Zhou yang digunakan sebagai alat legitimasi kekuasaan dan pembuktian bahwa Liu Bang menerima mandate dari langit.
Periode dinasti Han terbagi menjadi dua, yaitu Han barat dan Han timur yang beribukota di Louyang. Kekuasaan dinasti Han sempat terputus saat terjadi kudeta yang dilakukan oleh Wang Mang yang kemudian mendirikan dinasti Xin (9-25M). kaisar Han guangwu berhasil membangkitkan kembali dinasti Han. Dinasti Han yang baru ini disebut sebagai Han timur.
Pada akhir kekuasaannya, dinasti Han diperintah oleh keiasar-kaisar yang masih bocah serta lemah yang memerintah dalam waktu yang singkat. Kekuasaan selama kaisar-kaisar bocah ini jatuh ketangan klan-klan tertentu dan kaum keberi. Pemberontakan di daerah pecah, antara lain pemberontakan topi kuning dan suku barbar. Akhirnya kekuasaan berangsur-angsur jatuh ke tangan keluarga Cao yang berhasil menumbangkan dinasti Han.
L.   Dualisme Sistem Pemerintahan Han
Dalam pola pemerintahan dinasti Han sebenarnya lebih cenderung condong ke pemerintahan pada masa dynast qin, yaitu sisten sentralisasi. Selain dirasa lebih kuat, bentuk kesatuan juga memungkinkan bagi kaisar untuk mengontrol dan mengomando seluruh prajuritnya dari tingkat tertinggi sampi tingkat terendah. Akan tetapi keinginan kaisar dinasti han untuk membentuk pemerintahan sentralisasi ini terhambat karena banyak teman-teman Liu Pang yang membantunya menaklukan dinasti Qin dulu akhirnya mengangkat diri menjadi penguasa di daerah yang berhasil mereka taklukan. Apabila pemerintah akhirnya mengambil keputusan untuk menggunakan sistem sentralisasi maka kemungkinan terjadi konflik akan tinggi, akhirnya pemerintah dinasti Han mengambil jalan tengah yang dirasa paling aman. Keputusan dinasti Han adalah membiarkan para raja untuk berkuasa dengan syarat mengakui kekuasaan kaisar Han dan membayar upeti. Sedangkan untuk daerah yang tidak dikuasai oelh para raja, pemerintah pusat mengelolanya secara langsung. Dari sistem yang digunakan itu berarti dinasti han menerapkan sistem dualism dalam pemerintahannya. Pada wilayah yang menggunakan sistem sentralisasi daerah itu dibagi kedalam bentuk jun, sedangkan untk wilayah feudal digunakan sistem guo.
Pemerintahan dinasti Han tidak terus saja membiarkan dualism pemerintahan itu berjalan lama, mereka terus berusaha untuk tetap mewujudkan pemerintahan tunggal. Beberapa usaha untuk mengeliminasi kekuasaan Negara feudal antara lain:
1.        Menetapkan bahwa semua putera raja merupakan pewaris sah kerajaan sehingga harus memperoleh bagian apabila raja yang berkuasa meninggal dunia.
2.       Menetapkan bahwa apabila seorang raja meninggal tanpa memiliki putera sebagai pewaris, maka wilayah itu akan diambil alih dan dikelola oleh pemerintah pusat.
3.       Memprovokasi para raja untuk melakukan pemberontakan sehingga dinasti Han mempunyai kekuasaan yang sah untuk menumpasnya dan kemudian mengambil alih wilayah itu.
Usaha ini cukup membuahkan hasil yang cukup baik. Semakin banyak daerah yang dikelola langsug oleh pemerintah pusat. Jun yang dulunya hanay 19 setelah usaha itu menjadi berjumlah 84 sedangkan guo menyusut menjadi 18.[11]
M. Zaman Tiga Negara
Setelah pemberontakan Cao maka dinasti Hna terpecah menjadi tiga Negara. Ketiga Negara ini terus berperang memperebutkan kekuasaan tertinggi.
1.     Kerajaan We
Cao Bei berhasil menggulingkan kekaisaran Han dan mengangkat diri sebagai kaisar dari dinasti wei. Untuk meligitimasi kekuasaanya, Cao Bei melarang seseorang mengajukan petisi, ususlan, maupun permohonan kepada ratu sehingga melangkahi wewenang seorang kaisar. Seluruh kerabat para isteri raja dijauhkan dari posisi penting kerajaan. Cao Bei digantikan oleh puteranya yang bernama Cao Rui.
2.    Kerajaan shu
Ketika Cao Bei menggulingkan tahta kerajaa Han, Liu Bei yang merasa sebagai keturunan dinasti Han mengangkat diri sebagai kaisar demi meneruskan berlangsungnya dinasti tersebut dan memberi nama negerinya Shu. Liu bei wafat pada pertempuran Yiling dan digantikan oleh puteranya Liu Shan.
3.    Kerajaan Wu
Ketika cao Bei mengkudeta Kiasar han dan Liyu Bei mengangkat diri sebagai kaisar, Sun Quan menganngkat diri menjadi kaisar dan menamai kerajaannya dengan nam Wu yang beribukota di Janye. Pada masa pemerintahannya terjadi persekutuan dengan kerajaan Shu untuk memerangi Wei. Pada masa kekuasaan Kaisar Feidi kekuatan Wu digerogoti dari dalam oleh Sun Lin.
Kekuasaan keluarga sima berhasil mengendalikan tapuk pemerintahan kerajaan Wei. Sima berhasil menaklukan kesajaan Shu pada tahun 264 M. Sima Yan akhirnya mengangkat diri sebagai kaisar dinasti Jin dan pada tahun 280 berhasil menaklukan kerajaan Wu.
N.  Dinasti Jin
Setelah berhasil mendirikan dinasti Jin, sima yan mengangkat dirinya menjadi kaisar dan bergelar Wudi. Pada masa kekuasaannya cina berhasil disatukan kembali. Dinasti jin berlangsung selama 265 -317, karena serangan suku Barbar, Jin terpaksa memindahkan kekuasaannya keselatan dan semenjak itu mulailah era dinasti Jin timur. Jin timur tidak bisa merebut kembali wilayah uatar yang dikussasi oleh bangsa barbar tuoba. Jin timur juga menghadapi permasalahan internal berupa pemberontakan petani dibagian barat. Permasalahan ini berhasil diatasi namun meninggalkan bencana kelaparan. Dinasti jin berakhir ketika Liu Yu merebit tahta dan mendirikan dinasti Song.
O.  Dinasti Utara-Selatn
Runtuhnya dinasti jin membuat cina terpecah menjadi banyak Negara-negara kecil yang tidak berusia lama. Cina utara dikuasai oleh banyak kerajaan-kerajaan kecil yang tidak berusia panjang karena saling berperang dan menaklukan satu sama lain. Secara keseluruhan ada lima suku yang menanamkan kekuasaan di wilayah utara yaitu Xiongnu (Hun), Xianbe (mongolia), Jia, Di (tibet), dan Qiang (tibet). Adapun kerajaan yang berada di wilayah utara adalah:
-          Zhao awal
-          Yan awal
-          Liang akhir
-          Liang barat
-          Liang awal
-          Yang akhir
-          Liang selatan
-          Yang utara
-          Zhao akhir
-          Qin akhir
-          Liang utara
-          Da xia
-          Qin awal
-          Qin barat
-          Yang selatan
-          chenghan
Kerajaan-kerajaan kecil di uata tersebut akhirnya berhasil ditaklukan oleh kerajaan wei utara. Sementara di selatan bangsa tionghoa masih berhasil mempertahankan dirinya dan mendirikan berbagi dinasti yang silih berganti. Dimulai dengan dinasti Liu Song, Dinasti Qi, dinasti Liang, dan dinasti Cheng.
P.   Dinasti Sui
Persatuan cina dapat kembali dilakukan dibawah dinasti sui yang didirikan oleh  Yang Jian. Sebagai seorang penguasa, prestasinya dibilang luar biasa karena dapat mengakhiri zaman kacau yang berlangsung di cina. Untuk membantunya dalam pemerintahan, Yan Jian menunjuk menteri-menteri yang pandai dan memajukan pertanian. Untuk memperkuat persatuan Yang Jian menghapuskan seluruh tentara pribadi yang dimiliki oleh penguasa local. Yang Jian digantikan oleh puteranya yang bernama Yan Guang. Yang Guang hanya bisa bersenang-senang dan tidak pernah memikirkan kerajaannya. Pada masa kekuasaannya timbul pemberontakna delapan belas raja muda yang berhasil membunuhnya. Terbunuhnya Yan Guang mengakhiri dinasti Sui.
Q.  Dinasti Tang
Pada waal dinasti Tang, perdamaian pasaca pemberontakan delapan belas raja muda masih belum pulih sepenuhnya. Li Yuan sang pendiri dinasti dibentu puteranya, Li Shimin, berjuang keras menegakkan kembali perdamaian dan ketertiban dan berhasil meletakkan dasar kestabilan plitik dibawah berdera dinasti tang. Pemerintah dinasti tang sempat beralih ke tangan Wu Zetian, yang merupakan selir dari gaozong. Wu zeitian merupakan satu-satunyna wanita dalam sejarah cina yang mengangkat dirinya menjadi kaisar.
Wu zeitian mendirikan dinasti zhao. Akhir kekuasaannya, wu lupa daratan dan melakukan tindakan amoral seperti mengangkat banyak selir pria-pria muda yang tampan, korupsi dan nepotisme. Perdana menteri Zhang jianzhi berhasil melengserkan Wu Zeitian dan mengembalikan kaisar Zhonngzing yang sempet diasingkan pada masa Wu Zeitan. Kaisar Zhongzong akhirnya menguasai cina kembali dan digantikan oleh puteranya Xuanzong. Pada akhir kekuasaanya, Xuanzing memilih mengundurkan diri untuk mengasingkan diri seperti yang ada dalam ajaran daoisme. Xuangzong adalah seorang pemeluk dao yang taad.
Pada ahir kekuasaan dinasti Tang banyak terjadi pemberontakan. Adapun beberapa alasan penyebab runtuhnya dinasti Tang adalah:
1.        Krisis Tianhao
2.       Pemberontakan An Lushan
3.       Gerakan seperatis Fanzhen
4.      Bangkitnya kembali kekuasaan ditangan kaum kaberi
5.       Perselisihan dalam istana
6.      Pemberontakan Petani
R.   Zaman Lima Dinasti dan Sepuluh Kerajaan
Runtuhnya dinasti tang membawa cina dalam zaman kegelapan yang cukup panjang. Cina mengalami zaman kegelapan dan kekacauan ini hampir setengah abad. Diwilayah utara secara bergantian berdiri lima dinasti yang masing-masing hanya berkuasa dalam waktu yang relative singkat, yaitu:
1.        Liang akhir (907-923) yang didirikan oleh Liang Tiazu setelah berhasil mengahncurkan dinasti Tang.
2.       Tang kahir (923-947) yang didirikan Li cunxu yang berhasil menaklukan Liang akhir.
3.       Jian akhir (936-947) didirikan oleh Shih Ching Tang
4.      Han akhir (947-951) didirikan oleh Liau Chi Yuan
5.       Zhou akhir (951-960) didirikan oleh cou wei, tapi kerajaan ini tidak berlangsung lama karena Zhao kuangyin merebut tahta dan mendirikan dinasti shong.
Sementara itu di selatan secara silih berganti berdiri sepuluh kerajaan yang keadaannya lebih stabil. Adapun kerajaan-kerajaan tersebut adalah:
1.        Kerajaan Wu (902-937)
6.      Kerajaan Shu akhir (934-965)
2.       Kerajaan Tong selatan (937-965)
7.       Kerajaan Ming (909-945)
3.       Kerajaan Ping selatan (924-963)
8.      Kerajaan utara (951-979)
4.      Kerajaan Chu (927-951)
9.       Kerajaan Han Utara (917-971)
5.       Kerajaan shu awal (907-925)
10.    Kerajaan Wu Yue (907-978)
S.   Dinasti Song
Zhao Kuangyin merupakan seorang panglima perang dari dinasti Zhou akhr yang berhasil mempersatukan cina dan mendirikan dinasti Song. Zhao berhasil menghapuskan kekuasaan para gubernur militer sehingga politik menjadi lebih stabil. Lima penguasa pertama dinasti song merupakan penguasa berpikiran palinng maju dalam sejarah cina. Namun dinasti song harus memindahkan kekuasaannya ke selatan Karen serbuan Bengsa Jin. Ibu kota song dipindahkan ke Linan oleh panngeran Zhao Gou. Pada masa dinasti Song selatan Cina mengalami ketidak stabilan baik dari segi politik maupun militer. Dinasti Song runtuh karena serangan bangsa mongol pada masa kekuasaan kubilai khan.
T.  Dinasti Yuan
Dinasti Yuan merupakan dinasti asing di Cina karena didirikan oleh bangsa mongol. Dinasti Yuan secara resmi didirikan oleh kubilai khan, walaupun sebenarnya Jengsi khan lah yang menjadi pelopor dari idnasti ini. Periwtiwa penting yang terjadi pada masa kubilai khan adalah berkunjungnya marcopolo yang sekaligus menandai adanya hubungan antara dunia timur dengan dunia barat. Kubilai khan juga terkenal sebagai raja yang terus melakukan invansi besar-besaran kea rah timur dan selata, yaitu ke korea, jepang, campa, annam, dan jawa. kubilai khan juga terkenal sebagai seorang raja yang sangat toleransi dengan umat beragama.
Kubilai khan digantikan oleh temur oijeitu. Pada masa pemerintahannya ditandatangani perjanjian perdamaian dengan jepang. Akhir dinasti Yuan terjadi banyak benacan alam, seperti banjir dan wabah penyakit sampar. Selain itu juga terjadi banyak pemberontakan antara lain pemberontakan topi merah yang dipimpin oleh zhu Yuanzhang.  
U.  Dinasti Ming
Zhu Yuanzhang berhasil mengusir bangsa mongol kembali ke utara dan menghancurkan dinasti Yuan. Ia mendirikan dinasti Ming dengan ibukota di Yingtian. Zhu Yuanzhang menjabat sebagai kaisar. Ia melakukan reformasi sistem pemerintahan dan birokrasi untuk mencegah menculnya lembaga pemerintahan yang mempunyai wewenang yang terlalu besar.
Dipenghujung dinasti Ming, pemberontakan marak terjasi di seluruh negeri. Beijing jatuh ke tangan Li Zicheng. Li bersengketa dengan salah satu jederal ming, wu Sangui. Untuk menunbangkan Li zicheng, Wu Sangui menangkapi seluruh keluarga Li yang tinggal di ibukota Ming. Mereka diserahkan kepada suku Manchu. Wu dibantu suku Manchu akhirnya bisa mengalahkan Li. Suku Manchu akhirnya membangun kekuasaan baru di tanah china.
V.  Dinasti Qing (manchuria)
Dinasti qing dikenal juga dengan sebutan dinasti Manchu. Setelah berhasil mengalahkan Li, orang-orang Manchu akhirnya bisa menguasai Beijing pada tahun 1644. Pangeran Duo’ergun akhirnya mendirikan dinasti Qing dan mengangkat Shunzui sebagai kaisar pertamanya. Dengan bantuan jendrak-jendral Ming yang membelot, pasukan Qing mampu menghabisi sisa-sisa keluarga kerajaan Ming yang berusaha mendirikan tahta baru di selatan.
Dinasti Qing terkenal dengan kebijakannya yaitu memaksa orang-orang China menuruti cara berpakaian dan gaya rambut bangsa Manchu, yaitu mencukur rambut bagian depan dan mengepang rambut bagian belakang. Bagi orang China kebijakan ini merupakan sebuah hinaan. Namun mereka tidak bisa menolak karena bagi orang China yang tidak mau menurut akan mendapat hukuman penggal.
Kehadiran bangsa barat awal abad ke-18 menggerogoti kekuasaan bangsa Manchu. Terjadi banyak pemberontakan, yang terbesar adalah pemberontakan Taiping. Setelah itu meletus perang candu dan terjadi revolusi kebudayaan China. Dengan berakhirnya Dinasti Qing maka berakhir pula sistem kekuasaan dinasti di China.
W.Siklus Pergantian Dinasti
Bangsa cina pada umumnya menfasirkan masa lalunya dalam sebuah siklus pergantian dinasti yang berulang-ulang. Pertamanya adalah munculnya pahlawan sebagai pendiri sebuah dinasti, periode kekuatan besar, periode kemerosotan panjang, dan yang terakhir adalah keruntuhan total dari sebuah dinasti. Pendiri dinasti biasanya adalah seorang yang memiliki kemampuan dan kekuatan yang besar. Mereka biasanya adalah orang-orang yang mendapat mandate dari langit dan digambarkan sebagai manusia super. Kaisar-kaisar di cina pada umunya menggunakan istilah mandate dari langit atau tian-ming sebagai alat legitimasi yang digunakan untuk mendiskreditkan penguasa sebelumnya dari dinasti yang terdahulu atau mungkin untuk menguatkan posisinya dihadapan rakyatnya.
Periode kedua adalah dimana dinasti mengalami sebuah kemajuan yang pesat dan mencapai sebuah kemakmuran sehingga memunculkan kedamaian. Ditandai dengan populasi meningkat, lumbung-lumbung dan harta pemerintah pusat melimpah, tentara dan pertahanan yang kuat, istana-istana yang mewah, dan pembangunan kanal-kanal, jalan raja atau jembatan. Periode kemerosostan panjang ditandai dengan banyaknya pengeluaran yang harus dikeluarkan oleh pemerintah sehingga menyebabkan devisit anggaran, korupsi, pemberontakan-pemberontakan diberbagai wilayah kerajaan dan kerajaan mengalami kesulitan uang yang serius. Dan yang terakhir adalah kemerosotan dan kehancuran total dari sebuah dinasti yang nantinya kan digantikan oleh dinasti yang baru.


[1] Ibid.  hlm.48
[2] Ibid. hlm.49
[3] Ibid. hlm.49
[4] Ibid. hlm.50
[5] Ririn Darini, Sejarah Asia Timur Lama (Cina) (Diktak, Universitas Negeri Yogyakarta, 2000), hlm.6
[6] Ivan taniputra, Op Cit. hlm.68
[7] Aristokratik berarti sebuah sistem pemerintahan yang dipimpin oleh seorang individu yang terbaik
[8] Ririn Darini. Op.Cit. hlm.22
[9]  H.Purwanta, Sejarah Cina Klasik (Penerbit Universitas Sanata Darma, 2009), hlm.42-43
[10] Ririn Darini. Op.Cit. hlm. 19
[11] H.Purwanta. Op.Cit. hlm.199-200