Kamis, 31 Maret 2011

Batavia Sebagai Markas VOC

Kedatangan Belanda di Banten:
Pada bulan Juni 1602 VOC tiba di Aceh, dan terus melakukan perjalanan yang pada akhirnya tahun 1603 VOC sampai di Banten.Keadaan Banten pada saat itu kurang menguntungkan bagi Belanda, hal ini karena keadaan keamanan sangat memprihatinkan karena banyak pencuri, perampok dan pembunuh. Selain itu kedatangan bangsa Inggris dan Portugis sangat tidak menguntungkan bagi Belanda. Kedatangan bangsa Ingris dan Portugis ini sering menimbulkan bentrok dalam hal persaingan dagang. . Pada saat itu Banten sebagai pusat perdagangan lada terkuat, sehingga menguntungkan bagi pihak Banten karena proses perdagangannya dengan negara-negara lain.  Pada tahun 1609 Pieter Both sebagai Gubernur Jendral VOC pertama ingin membangun suatu benteng dengan yuridis sendiri dan bebas dari bea cukai. Benteng ini rencananya ingin dibangun di Jayakarta.Pangeran jakarta yang bernama pangeran Wijayakrama mengijinkan pembangunan benteng tersebut dengan pertimbangan bahwa pendirian benteng tersebut tidak menimbulkan permusuhan dari pihak Banten Akhirnya pada akhir bulan Januari tahun 1611 dibuat suatu kontrak yang memberi izin kepada VOC membuat bangunan dari batu dan kayu di suatu wilayah yang terletak di pecinan dengan ukuran 50 dan 50 vadem. VOC mambayar 1200 real kepada pangeran Wijayakrama. Coen menginginkan markas VOC tidak hanya dijadikan sebagai perlindungan perdagangan tetapi juga sebagai basis politik untuk mempertahankan kedudukan dalam menghadapi keadaan darurat atau krisis politik. Tempat ini memiliki pelabuhan yang bagus, yang telah dipuji oleh Tom Pires sebagai pelabuhan terbaik di Jawa pada satu abad sebelumnya.

Peperangan Merebutkan Jayakarta
Antara Jayakarta dan Banten sering terjadi persaingan. Dipihak lain Belanda dan Inggris juga sering terjadi persaingan-persaingan dagang. Pada bulan Desember 1618 Banten menganbil keputusan untuk menghadapi jayakerta dan VOC. Banten meminta bantuan Inggris untuk mengusir Belanda. Banten mendesak Laksamana Inggris yaitu Thomas Dale untuk pergi ke Jayakerta guna mengusir Belanda yang ada di sana. Inggris berhasil memaksa Coen mundur. Coen melarikan diri ke Maluku untuk menghimpun kekuatan. Sementara itu pasukan yang masih tersisa di Jayakerta berhasil dikepung oleh Inggris. Pasukan-pasukan VOC tersebut mengambil keputusan untuk menyerah kepada Belanda. Namun, secara tiba-tiba bala tentara Belanda dari Maluku menghalangi maksud mereka. Deengan tiba-tiba pula Banten yang tadinya memusuhi VOC berbalik membantu VOC dalam mengatasi Inggris. Alasaan Banten membantu VOC adalah Banten tidak ingin Inggris menggantikan Belanda Belanda menguasai pos VOC karena kehadiran Belanda di Banten sangat dibutuhkan. Dengan bantuan dari Banten tersebut akhirnya Belanda tetap dapat berada di posnya. Dengan demikian kemenangan berada di pihak VOC yang berhasil mempertahankan kedudukan di Jayakerta yang sekarang namanya Jakarta. Pada tanggal 12 Maret 1619 benteng VOC diberi nama Batavia.Batavia ini berguna bagi VOC sebagai markas besar VOC.

Markas VOC di Batavia:
      Pada tanggal 30 Mei Coen menyerang jayakerta dan memukul mundur pasukan-pasukan Banten yang ada di sana. Pusat perdagangan VOC yaitu Batavia berdiri diatas puing-puing Jayakerta. Batavia menjadi markas besar kerajaan niaga VOC yang luas. Usaha merebut Batavia merupakan langkah penting yang ditempuh  orang-orang Belanda. VOC kini dapat membangun pusat militer dan administrasi di tempat yang aman bagi pergudangan dan pertukaran barang yang terletak di Nusantara bagian Barat. Batavia berada di bawah kekuasaan tunggal VOC tanpa ada satu negara besar Indonesia berani mengusik. Muncul dampak yang kurang menguntungkan bagi VOC yaitu penduduk tetap Batavia memerlukan biaya yang tidak sedikit untuk mengelola Batavia. Keuangan di Batavia mengalami kemerosotan karena banyak uang yang digunakan untuk membiayai kemiliteran Belanda yang selalu siaga mempertahankan keamanan dari serangan Banten dan Mataram. Kedua kerajaan ini menentang adanya markas besar VOC di Batavia. Batavia merupakan penyebab merosotnya keuangan VOC.


Ricklefs, Sejarah Indonesia Moderen, Yogyakarta: Gramedia 19  
 Sartono Kartodirjo, Pengantar sejarah Indonesia Baru 1500 – 1900, Yogyakarta: Gramedia, 1987