Kamis, 31 Maret 2011

Peranan Ho Chi Minh Dalam Pergerakan Kemerdekaan Vietnam


Republik Demokratik Vietnam (RDV)   biasa dikenal sebagai Vietnam Utara, adalah sebuah negara yang didirikan oleh Ho Chi Minh dan diakui oleh Republik Rakyat Tiongkok dan Uni Soviet pada 1950. Setelah kekalahan Perancis dalam Pertempuran Dien Bien Phu pada tahun 1954, Perancis secara resmi mengakui kedulatan negara tersebut dan negara itu pun terpecah menjadi dua; satunya lagi Vietnam Selatan.

             Ibu kota Vietnam Utara berada di Hanoi dan diperintah oleh pemerintahan komunis yang mendapatkan dukungan dari Uni Soviet dan Tiongkok. Kedua negara ini membantu Vietnam Utara saat terjadinya Perang Vietnam melawan Amerika Serikat dan Vietnam Selatan.

            Setelah jatuhnya pemerintah Vietnam Selatan pada 30 April 1975, kedua negara ini secara resmi bersatu pada 2 Juli 1976 menjadi sebuah negara bernama Republik Sosialis Vietnam atau yang biasanya dikenal sebagai Vietnam.

Ho Chi Minh   
            Ho Chi Minh. Biasa dipanggil dengan 'Paman Ho'. Dengan nama lahir Nguyen Sinh Cung, atau nama samaran Nguyen Tat Thanh, Nguyen Ai Quoc, dan Ly Thuy, adalah tokoh utama pembebasan Vietnam dari penjajahan Prancis. Paman Ho, lahir 19 Mei 1890, di desa kecil bernama Kimlien, Nghe An (Vietnam Tengah). Ho lahir dalam keluarga ‘pemberontak’, ayahnya, Nguyen Sinh Huy, adalah seorang pegawai pemerintah yang mengundurkan diri seiring menguatnya kekuasaan Prancis di Vietnam. Sementara itu, saudara perempuannya yang bekerja pada tentara Prancis ‘membangkang’ dengan mencuri berbagai senjata pasukan Prancis. Ia berharap pada saat yang tepat, senjata tersebut akan berguna bagi rakyat Vietnam untuk mengusir penjajah Prancis. Sayangnya, upaya ini terlacak. Tak lama kemudian, saudara perempuan Ho ditangkap dan dijatuhi hukuman penjara.
            Meski ia sendiri menolak belajar Bahasa Prancis, Nguyen Sinh Hui, tetap mengirimkan Ho kecil mengenyam pendidikan di sekolah Prancis yakni di Akademi Nasional. Hui, menganggap ini penting bagi Ho kecil dan juga Vietnam di masa depan. Di sekolah ini, Ho mulai bersikap kritis. Baginya adalah suatu hal yang aneh: Prancis terkenal dengan slogan: Kebebasan, Persamaan dan Persaudaraan, namun dalam kenyataannya melakukan penjajahan atas Indo-China. Tahun 1910, Ho dikeluarkan dari sekolah karena menghasut teman-temannya dan tertangkap tangan menyebarkan bacaan-bacaan terlarang. Untuk waktu yang singkat, selanjutnya dia bekerja sebagai guru di desa kecil bernama Phan-Thiet.
            stlah menyaksikan kejatuhan Dinasti Manchu di China, Ho tiba pada kesimpulan bahwa solidaritas dari internasional mutlak diperlukan untuk memerdekakan Indo-China (Vietnam). Karena itu ia segera meninggalkan pekerjaannya dan berangkat ke Saigon untuk belajar memasak; karena, dengan menjadi koki dia mempunyai kesempatan untuk bekerja di luar negeri.
            Pada usia 22 tahun, Ho bekerja sebagai pembantu dapur kapal Prancis Latouche-TrŽville. Selama 2 tahun bekerja, ia memanfaatkan waktu luangnya untuk mendalami berbagai buku dari banyak penulis besar dunia. Selanjutnya, tahun 1914, Ho mendapat pekerjaan sebagai koki di Hotel Carlton London. Di sana, Ho banyak berdiskusi dengan buruh Asia lainnya dan mempelopori pembangunan serikat buruh yang menuntut peningkatan kesejahteraan buruh Asia di Inggris.

Paman Ho, Komunisme dan Embrio Gerakan Revolusioner Pembebasan Vietnam
            Setelah berkeliling ke berbagai negara, selama tahun 1917-1923, Ho menetap di Paris dan bekerja sebagai pembantu seorang photografer. Pada masa-masa inilah dia mulai secara serius mempelajari karya-karya Karl Marx dan penulis kiri lainnya. Salah satu tulisan yang banyak menginspirasinya adalah artikel Lenin berjudul: Tesis tentang Bangsa dan Permasalahan Kolonial (1920). Tahun 1920 Ho menjadi salah satu pendiri Partai Komunis Prancis, pecahan Partai Sosialis Prancis. Ho juga berusaha mempersatukan banyak aktivis dari berbagai negara jajahan dalam keanggotaan Serikat Negara-Negara Jajahan. Salah satu platform utama dari terbitan serikat ini, jurnal Le Pariah (Kaum Paria) adalah penghentian penjajahan Prancis di Indo-China.
            Kegiatan-kegiatan politik Ho makin mendapat perhatian besar Pemerintah Prancis. Tahu bahwa intelijen Prancis sering memata-matainya, Dalam waktu singkat, orang-orang Indo-China segera mengenal Ho sebagai juru bicara rakyat Vietnam. Kekaguman yang besar segera tertuju pada Ho atas keberaniannya meledek pemerintah Prancis dan berdiri di atas perjuangan rakyat Indo-China. Nama Ho Chi Minh pun segera melegenda. Ho Chi Minh lalu merubah namanya menjadi Nguyen-O-Phap, yang berarti Nguyen Si Pembenci Prancis. Tapi ia menggantinya lagi menjadi Nguyen Ai Quoc alias Nguyen Sang Patriot. Maksudnya agar tidak terlalu berkesan ofensif.
            Sebagaimana layaknya banyak komunis yang terinspirasi kemenangan Revolusi Rusia, pada tahun 1923, Ho berangkat ke Moskow. Di sana dia kemudian menjadi staff pada Sekretariat Pusat Komintern. Dalam sebuah kesempatan korespondensinya, Ho, menulis tentang tugas mendesak dari kaum komunis untuk kembali ke negerinya. Dia menyebutnya dengan tujuan: “membangun kontak dengan massa dan membangkitkannya, mengorganisir, mempersatukan dan melatih mereka, serta memimpinnya demi kebebasan dan kemerdekaan”. Dengan keyakinan inilah, Ho pada tahun 1924 berangkat ke Guangzhou (Canton), Cina Selatan dimana bersama kaum nasionalis Vietnam mendirikan Liga Revolusioner Vietnam.
            Tahun 1927, seiring dengan pengejaran massal terhadap kaum komunis yang dilakukan kaum nasionalis China pimpinan Chiang Kai Shek, dengan terpaksa Ho mengungsi ke Uni Sovyet. Namun, ia kembali lagi dan pada 3 Februari 1930 mendirikan Partai Komunis Indo-China (ICP). Dalam konferensi pendirian Partai ini seluruh draft yang diajukan Ho disetujui sepenuhnya oleh para peserta lain: penggulingan rejim Prancis, pendirian Pemerintahan Rakyat Vietnam yang merdeka, nasionalisasi ekonomi dan penghapusan utang, landreform, pemberlakuan 8 jam kerja/hari, dan pendidikan bagi rakyat.
            Segera sesudah pembentukan Partai, Ho mendirikan Akademi Militer Whampoa. Di kamp ini para pejuang kemerdekaan Vietnam dilatih dengan berbagai teknik gerilya dan misi bunuh diri. Merekalah yang selanjutnya banyak memelopori berbagai pemogokan di sekolah-sekolah dan pertambangan di Vietnam sebagai persiapan penggulingan rejim Prancis.
            kris konomi akibat malaise ekonomi tahun 1929 segera merambah Vietnam. Tingkat kesejahteraan rakyat merosot ke tingkat yang terendah. Upah buruh turun hingga 50 %, dan pengangguran melonjak hingga 33 %. Pemogokan terjadi di berbagai kota di Vietnam. Partai Komunis Indo-China (ICP) segera mengorganisasikan sel-sel, serikat buruh dan serikat taninya di sepanjang Provinsi Nghe An dan Ha Tinh, Vietnam Tengah. Kaum tani segera beraksi menuntut reformasi dan seringkali berakhir dengan bentrokan. Perlawanan ini semakin maju sehingga berhasil menguasai beberapa distrik. Dengan bantuan organiser-organiser Partai (ICP), mereka kemudian membentuk soviet-soviet (dewan rakyat).
            Prancis menjawab pemberontakan ini dengan mengirimkan Legiun Asing. Pada 12 September 1930, unjuk rasa besar-besaran yang diselenggarakan Partai Komunis Indo-China (ICP) di kota Vinh dibubarkan secara paksa. Lebih dari 1000 kaum komunis ditangkap, 400 orang diantaranya dihukum penjara dan 80-an orang, termasuk beberapa pimpinan Partai dieksekusi. Ho sendiri secara in absentia dijatuhi hukuman mati. Ia kemudian mengungsi ke Hongkong dan menjalankan tugas sebagai perwakilan Komunis Internasional (Komintern) untuk Asia Tenggara. Sampai tahun 1932, lebih dari 10.000 tahanan politik dimasukkan ke dalam penjara oleh Prancis.
            Pada bulan Juni 1931, Ho ditangkap polisi Inggris dan ditahan sampai tahun 1933. Selama di tahan, berkembang isu yang menyatakan bahwa Ho telah meninggal. Berita ini menimbulkan kegemparan di Vietnam hingga adanya kabar yang menyebutkan bahwa seseorang telah melihat Ho. Entah karena dibebaskan secara rahasia atau melarikan diri, Ho kemudian ke Uni Sovyet untuk menyembuhkan penyakit TBC yang dideritanya. Tahun 1938, Ho ditugaskan oleh Komintern ke China dan bertindak sebagai penasehat tentara komunis China. Di sinilah Ho mulai dikenal dengan panggilan “Paman Ho”.

Perang Dunia II dan Perang Pembebasan
            Ketika Jepang mengambil-alih Vietnam pada tahun 1941, Paman Ho segera mengontak pimpinan Partai Komunis Indochina (ICP) untuk mengkonsolidasikan seluruh kaum komunis yang mendominasi gerakan pembebasan Vietnam. “Sekaranglah saatnya!”, kata Ho menyikapi pendudukan Fasisme Jepang atas Indo-China. Berbeda dengan banyak kaum nasionalis Vietnam yang menyambut gembira kedatangan Jepang, Ho menganggap fasisme sebagai kekuatan yang lebih berbahaya. Maka, tanggal 10 Mei 1941, di Pegunungan Marx, bersama kaum komunis Vietnam lainnya, terbentuklah Vietminh (Liga Pembebasan Vietnam). Sayap militer organisasi baru ini dipimpin oleh Jenderal Vo Nguyen Giap.
            Amunisi dari Uni Sovyet, termasuk dari agen-agen Prancis. Taktik ini kemudian menimbulkan kesalahpahaman dengan China. Bulan Desember 1941, Ho ditangkap oleh Pemerintah China dengan tuduhan menjadi mata-mata Prancis. Ia kemudian ditahan di berbagai penjara di China. Isu bahwa Ho telah meninggal muncul lagi di seantaro Vietnam. Vietminh sendiri bahkan sempat menyelenggarakan upacara penguburan di Pegunungan Marx. Namun, satu puisi Ho yang terbit di satu suratkabar menepis isu ini.
Para pejuang Vietminh kembali bertempur di bawah komando Ho dan segera melakukan gerilya massif melawan fasisme Jepang. Kekalahan Jepang dalam Perang Dunia II, dimanfaatkan oleh Vietminh untuk mengambil-alih kekuasaan. Tanpa perlawanan yang berarti Ho dan pasukannya memasuki Kota Hanoi. Maka tanggal 2 September 1945 Ho memproklamasikan berdirinya Negara Republik Demokratik Vietnam (DRV).Ho menjadi Presiden dan resmi dipanggil dengan nama Ho Chi Minh atau Ho Yang Tercerahkan.
            Prancis, yang masih merasa sebagai ‘pemilik’ Vietnam menolak mengakui DRV dan mempersiapkan serangan untuk mengambil-alih Vietnam. Tak terhindarkan lagi, akhir tahun 1946 pecah perang terbuka antara tentara Prancis dengan pemerintahan baru Vietnam. Pada awalnya, Vietminh mengalami kesulitan menghadapi tentara Prancis yang lebih terlatih dan dilengkapi dengan peralatan perang modern. Situasi mulai berubah ketika pada tahun 1949, kaum komunis China di bawah kepemimpinan Mao Tse Tung mengalahkan pasukan Chiang Kai-Shek. Pemerintahan Republik Rakyat Tingkok pun menyediakan berbagai bantuan pelatihan dan pertahanan bagi DRV.
            Setelah melalui berbagai pertempuran, tahun 1953, Vietminh telah menguasai seluruh Vietnam Utara. Prancis sendiri telah menetapkan Bo Dai, Kaisar Vietnam, sebagai penguasa boneka di Vietnam Selatan. Sadar bahwa mereka sedang menghadapi musuh yang kuat, Kolonialis Prancis mencoba menawarkan perundingan. Mereka mengusulkan untuk membentuk sebuah pemerintahan nasional Vietnam yang baru. Tawaran ini ditolak mentah-mentah oleh Ho Chi Minh. Perangpun terus berlanjut.
            Di saat bersamaan, Pemerintah Prancis juga menghadapi persoalan di dalam negerinya. Rakyat Prancis yang jenuh dengan perang mulai bangkit melawan kolonialisme pemerintahnya atas Rakyat Vietnam. Beberapa alasan yang melatarbelakanginya: 1) Selama perang tahun 1946-1952 telah merenggut korban 90.000an tentara Prancis. Baik yang terbunuh, luka-luka ataupun tertangkap. 2) Pasca Perang Dunia II, Prancis harus membangun kembali negerinya yang hancur oleh perang. Biaya perang yang ditanggung Prancis bahkan mencapai dua kali lipat dari anggaran Marshall Plan yang diterima dari Amerika Serikat. 3) perang yang telah berlangsung 7 tahun jauh dari tanda-tanda akan dimenangkan Prancis. 4) menguatnya kesadaran rakyat Prancis bahwa pemerintahnya tidak punya justifikasi moral untuk terus berada di Vietnam.
            Melihat situasi yang makin tidak menguntungkan ini, Jenderal Navarre, pimpinan tentara Prancis di Vietnam merencanakan suatu pukulan mematikan bagi Vietminh/DRV. Jenderal Navarre membangun pertahanan di Dien Bien Phu. Tujuannya adalah memutuskan jalur lintas yang biasa dipergunakan laskar Vietminh menuju perbatasan Laos. Navarre berharap, rencana ini akan memancing Jenderal Vo Nguyen Giap untuk melakukan serangan massal ke Dien Bien Phu.
            Pancingan mengena. Sialnya, Jenderal Giap bukan hanya sekedar merencanakan serangan massal biasa. Giap menginstruksikan penggalian parit-parit perlindungan dan terowongan mengelilingi pasukan Prancis. Sekitar 100.000 ribu pasukan Vietminh dan 100.000 ribu buruh dikonsentrasikan mengepung Dien Bien Phu. Jumlah ini 5 kali lipat lebih besar dari kekuatan Prancis. Mengetahui pasukannya telah terjebak, Prancis segera meminta bala bantuan Amerika Serikat. Berbagai taktik seperti serangan udara bahkan penggunaan bom atom pun diusulkan. Namun Presiden Amerika saat itu, Dwight Eisenhower, menolak terlibat terkecuali Inggris dan pasukan Sekutu lainnya menyetujui.
            Pada tanggal 13 Maret 1954, Vietminh mulai melancarkan serangan besar-besaran. Setelah bertempur selama 56 hari, akhirnya tanggal 7 Mei 1954 pasukan Prancis menyerah. Dalam pertempuran ini sekitar 7.000 tentara Prancis tewas dan 11.000 lainnya tertangkap. Prancis segera mengumumkan rencananya untuk keluar dari Vietnam.
            Meski berhasil memenangkan perang, Paman Ho harus menerima kenyataan bahwa kekuasaannya secara resmi hanya di Vietnam Utara. Harapan untuk mempersatukan Vietnam secara demokratis sebenarnya telah dituangkan dalam Konfeensi Jenewa. Dalam poin kesepakatan, selain pembagian wilayah Vietnam menjadi dua, pihak yang bertikai juga memutuskan untuk segera dilaksanakannya pemilu reunifikasi pada bulan Juli 1956. Namun Pemerintah Vietnam Selatan, pimpinan Ngo Dinh Diem yang didukung Amerika Serikat (AS) mengingkarinya. “"Saya belum pernah bicara atau berkorespondensi dengan orang yang paham masalah Indochina, yang tidak sepakat bahwa [jika] menyelenggarakan pemilu saat pertikaian sedang berlangsung, sekitar 80 % rakyat akan memilih Si Komunis Ho Chi Minh." Demikianlah pandangan Presiden AS Dwight Eisenhower tentang pemilu unifikasi Vietnam. AS segera memperkuat dukungan pada pemerintah Vietnam Selatan berupa pasokan senjata dan arahan politik. Pertempuran antara Vietnam Utara dan Selatan dukungan AS inilah yang kemudian kita kenal dengan nama Perang Vietnam.
            Setelah tahun 1954, Ho Chi Minh mulai mengalihkan kekuasaan pada beberapa letnannya yang terpercaya seperti Pham Van Dong, Truong Chinh dan Le Duan. Ho lebih banyak memainkan peran simbolik sebagai kepala negara dan mediator konflik dalam Partai Komunis Vietnam. Seiring dengan usianya yang makin menua, tahun 1960-an Ho mulai sakit-sakitan. Pada 3 September 1969, pukul 09.47 pagi, dalam usia 79 tahun, Paman Ho meninggal oleh serangan jantung. Bagi rakyat Vietnam, Paman Ho adalah pahlawan terbesar selama sejarah Vietnam. Tidak aneh, walau masih dalam situasi perang, puluhan ribu rakyat Vietnam datang melayat Ho untuk terakhir kalinya. Mereka mengenakan pita hitam untuk menunjukkan duka yang mendalam. Pihak komunis Vietnam Utara dan Vietnam Selatan pro AS bahkan bersepakat menghentikan pertempuran selama 72 jam untuk menghormati kematiannya.
            Itulah Ho bukanlah sekedar perintis sosialisme di Vietnam. Dia mewakili semangat terdalam dari rakyat Vietnam yang sedang berjuang untuk kemerdekaannya. Orang mengenalnya sebagai tokoh yang sederhana, peka, dan penuh integritas. Sebagaimana Lenin (Rusia), Mao Tse Tung (China), ataupun Fidel Castro (Kuba), Paman Ho adalah inspirasi bagi rakyat Vietnam dan bagi rakyat dari negeri-negeri yang terus berjuang untuk kebebasan negerinya. Kebebasan dari cengkeraman kolonialisme baru: imperialisme!
            Setelah berkeliling ke berbagai negara, selama tahun 1917-1923, Ho menetap di Paris dan bekerja sebagai pembantu seorang photografer. Pada masa-masa inilah dia mulai secara serius mempelajari karya-karya Karl Marx dan penulis kiri lainnya. Salah satu tulisan yang banyak menginspirasinya adalah artikel Lenin berjudul: (1920). Tahun 1920 Ho menjadi salah satu pendiri Partai Komunis Prancis, pecahan Partai Sosialis Prancis. Ho juga berusaha mempersatukan banyak aktivis dari berbagai negara jajahan dalam keanggotaan Serikat Negara-Negara Jajahan. Salah satu platform utama dari terbitan serikat ini, jurnal (Kaum Paria) adalah penghentian penjajahan Prancis di Indo-China.


 Hall, D.G.E 1988. sejarah Asia tenggara: Usaha nasional
Michael Adas. 1988.Rtu adil, tokoh dan grakan milenaria menentang kolonialisme Eropa.Yogyakarta :Kanisius.
Sudarmanto, Y.B. 1992. jejak-jejak revolusi Vietnam.Jakarta :Gramedia 
Dimyati , Moh 1987.perang dunia. Jakarta :Bulan bintang.